Productive Muslim: What designer can learn from this book
Identical cover both Indonesia and English version. |
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 Hadits no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-AHadits ash-Ashahihah no. 946)Siapa sih, yang tidak mendambakan kehidupan yang teratur, sehat, menyehatkan, dan terus produktif demi mencapai target di kehidupan ini. Aku pun. Kamu pun. Bagi yang memiliki kerja kantoran dengan jadwal yang tetap, tampaknya lebih mudah mengatur jadwal. Namun, kaum desainer biasanya memiliki alasan untuk memiliki jadwal tidur tidak teratur.
"Baru bisa kerja kalau sudah malam," juga "inspirasinya lancar kalau tengah malam," adalah beberapa kalimat yang sering diungkapkan mereka yang jadi terbiasa bangun siang. Innalillahi, shalat subuh jadi suka terlewat, kalau jam tidur sudah terbalik begini.
Dari buku Productive Muslim, ada beberapa poin yang bisa diambil untuk disesuaikan dengan kaum desainer, apalagi yang suka deadliner, atau yang freelance kerjanya bisa kapan saja.
1. Catat niat kita
Kata Mohammed Faris, catatlah niat kita di jurnal sehingga kita bisa selalu kembali ke niat awal di kala kita sudah mulai merasa 'berbelok' dari niat tersebut. Lumayan kan kalau bisa sekalian buat poster lalu pajang di kamar. Atau di buku jurnal pribadi, dihias agar menarik. Gunakan saja kreativitas yang kita punya.
2. Rencanakan kegiatan berdasarkan kegiatan shalat
Berhubung shalat adalah ibadah wajib, jadi pastikan kita selalu merencanakan kegiatan yang mengutamakan shalat. Misal, rencana siang, shalat zuhur, lalu makan bertemu klien. Shalat asar lalu membuat sketsa. Untuk desainer freelancer, malahan bisa lebih bebas mengatur waktu, karena tidak ada jam khusus istirahat siang atau jam pulang kantor yang suka pas dengan waktu shalat.
3. Begadang tidak masalah, asalkan.....
Tetap mengutamakan shalat. Ada beberapa case yang mau tidak mau membuat kita harus begadang. Misalnya proyek yang revisinya tiba-tiba butuh dilakukan malam hari atau pekerjaan dengan klien yang beda zona waktu sehingga mau tidak mau harus jadi kalong. Justru bekerja tengah malam memberi kesempatan kita untuk shalat malam.
4. Hindari menunda pekerjaan
Sering alasan yang keluar adalah "belum dapat inspirasi". Di hari-hari awal santai-santai saja, browsing, youtube-an, dsb. Lalu akhirnya 'inspirasi' tiba dan terengah-engah begadang dua malam terakhir. No. Seorang desainer profesional harus bisa bekerja secara profesional. Jangan tunda dan beralasan mencari inspirasi, karena seperti kata Nike "just do it!" inspirasi pun akan tiba seiring eksplorasi.
5. Hati-hati pilih klien
Kenapa? Tentu kita ingin hasil jerih payah yang dihasilkan halal dan thayyib. Kenapa pilih-pilih klien? Coba, kalau kliennya butuh packaging untuk minuman beralkohol, atau dari perusahaan rokok (saya mengikuti pendapat rokok itu haram karena merusak tubuh). Takutnya dosanya juga kena ke kita, karena secara tidak langsung mendukung bisnis mereka dan uangnya jadi bayaran kita. Hati-hati, jika kita makan sesuatu yang haram, nanti doa kita tidak diterima. Coba bayangkan sebaliknya. Jika kita mendapat klien muslim, usahanya halal, berdampak sosial, insya Allah kita bisa ikut dapat pahala juga dan jadi amal jariyah.
Dari buku tersebut, saya juga jadi semakin tertarik untuk melengkapi tabel target masa depan berdasarkan berbagai peran yang kita jalani di dunia ini. Silakan bisa dicoba unduh di sini. Semoga usia kita di dunia yang sebentar ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin demi masa depan di kehidupan selanjutnya nanti. Amin.
Thankyou for share the link!
ReplyDelete