Perjalanan Super Panjaaaaaang

Semua bermula dari impian menggunakan Garuda Indonesia supaya bisa mendapat bagasi 40kg. Tapi apa daya banyak sekali yang harus dipertimbangkan demi membawa boncabe dan sambel terasi segudang. Setelah mempertimbangkan masak-masak, akhirnya dipilihlah flight Garuda CGK-AMS lalu disambung KLM ke Heathrow, meskipun bagasi cuma 30kg. Kenapa?
1. Supaya bisa ikut airport pick up dan tidak repot membawa koper dsb.
2. Tanggalnya dicocokkan dengan tanggal bisa mulai check in ke dorm (di sini disebut campus hall yang berbentuk flat)
3. Yang flight 40kg itu cuma ke Gatwick, dan ga terbang tujuh hari seminggu. Pas banget tanggalnya tidak cocok.
4. Mau coba bandara Heathrow dan jalan-jalan menjelajahi Schiphol.

Oke, dengan alasan tersebut, maka berangkatlah saya dari CGK jam 20.50 dengan pesawat garuda. Koper yang beratnya 31,5 kg langsung diloloskan tanpa ada pertanyaan lebih lanjut. Hehe. Lalu di Changi harus turun dan menunggu sekitar 1,5 jam. Untung dikasih voucher jajan $30 SGD jadi bisa cuci mata dan beli benda-benda ga penting. Di Changi pula saya berhasil bertemu dengan mba Karlina, yang sebelumnya gagal ketemuan di CGK karena sudah keburu masuk pesawat.

Setelah masuk kembali ke pesawat, keberuntungan kembali berpihak pada saya karena dua kursi di samping saya kosong (konfigurasi bangku pesawatnya 3-3-3), dan itu berarti bisa pindah ke window seat dan tidur selonjoran. Setelah tidur lama, langit pun masih gelap dan belum tampak tanda-tanda fajar. Tidur lagi, nunggu subuh. Bangun, solat, trus bingung mau ngapain karena kalau di jam tangan sudah sekitar jam 8an pagi WIB. Tidur lagi. Persisi lagu mbah surip. Bangun lagi. Bose, akhirnya nonton film aja, trus makan. Nonton lagi, tidur lagi bentar, bangun lagi, akhirnya mendarat di Schiphol. Halo Belanda.

Dari AMS ke Heathrow hanya memakan waktu sekitar 45 menit alias so dekat. Tapi, bagaimana caranya menghabiskan waktu 5 jam di Schiphol? Cuaca hujan dan mendung terus, tidak bisa main-main ke panorama deck di atas. Euro pun tak punya. Jadinya ngiter-ngiter ga jelas bareng mba Karlina, ngecas hape, bahkan sampe buka leptop ngerjain kerjaan.

Schiphol
Ternyata oh ternyata, dari tempat tadi turun pesawat pertama ke gate tempat naik KLM itu jauuuuh. Bandaranya super besar tapi terkesan padat dan sempit. Beda sekali dengan changi. Oke, akhirnya jalan membawa troli karena pegal juga bawa-bawa carrier isi leptop ke gate untuk boarding. Setelah naik pesawat (dapet window seat), tapi sebelum take off pun sudah terlelap. Saya terbangun ketika pramugari membagikan biskuit (plis mau makan berat dong laper abis udah jam 7 malam WIB tapi belum makan karena ga bawa bekal dan euro buat jajan tadi) dan minum. Tak lama setelah itu, pak pilot mengabarkan bahwa air traffic cukup padat sehingga pesawat harus muter-muter dulu menunggu giliran mendarat di Heathrow Terminal 4.

Setalah sampai, perjuangan pun dimulai. Ohlala, kalau bukan warga UK atau EU, siap-siap menghadapi antrian suuuuuuuuperrrrrr panjang imigrasi. Pokoknya turun pesawat sekitar jam 2 waktu setempat, baru beres imigrasi jam sekitar jam 3.30 waktu setempat (alias jam 9.30 malam WIB, lapeeeer belom makan siang juga). Tak ada yang menduga ada kejutan yang menanti setelah itu.

Saya dan mba Karlina segera mencari koper, daaaan olala koper saya warna hitam gede isi barang berharga yaitu rendang yang harus segera masuk freezer, tidak bisa saya temukan. Kalau mba KArlina sih langusng nemu. Keliling sebentar mengecek koper-koper yang ditaruh begitu saja di dekat area pengambilan bagasi, tapi tetap tidak ada. Akhirnya saya beralih ke meja petugas di dekat situ, dan menanyakan dimana koper saya.

Katanya, koper saya bisa jadi masih tersangkut di Amsterdam (wow). Setelah mengisi formulir dsb, (mba karlina cabs duluan soalnya ga ikutan pickup), akhirnya saya diberi secarik kertas dengan kode untuk melacak keberadaan si koper. Katanya akan dikirim paling lambat besoknya (rendang gueee).

Sambil mengecek hape, sepertinya Mike yang aslinya janjian bareng pickup walaupun beda flight sudah naik bis duluan ke kampus. Saya naik Heathrow Express dengan tujuan Terminal 3, tempat para mahaiswa baru bau kencur dijemput untuk pergi bersama ke kampus yang nun jauh 2 jam dari Heathrow. Sudah hampir jam 5 sore, akhirnya saya tiba di terminal 3 dan bertemu geng jemputan. Eh, akhirnya bertemu dengan Mba Nita, yang ternyata sudah menunggu cukup lama dan belum bertemu Mike juga. Okelah, yang penting sudah ketemu.

Mba Nita super baik hati memberikan sandwich dari pesawat karena saya bilang laper banget (ya iya lah, itu jam 11 malem WIB tapi belum makan sejak turun di schiphol). Maghrib katanya jam 7 lebih dan saat itu jam 5an, tapi saya takut naik bus 2 jam tidak akan sempat untuk mengejar sholat zuhur asar yang belum digabung ini. Akhirnya geng Mba Nita sekitar 5 orang naik mobil duluan ke kampus. Saya naik yang kloter berikutnya saja. Masih banyak juga geng pickup yang menunggu dengan troli berisi koper segede-gede gaban. Untung koper saya tertinggal, jadi tidak repot, tapi sedih juga tadinya maksudnya kan ikutan pickup biar ga repot bawa koper.
ke Chapel

Ketika tadi saya berjalan ke areaArrival Terminal 3, saya melihat petunjuk jalan untuk arah Chapel. Wah sepertinya bisa buat solat ya di situ. Oke, siap. Saya menitipkan carrier ke geng nunggu, lalu berjalan mengikuti petunjuk arah. Turun tangga, jalan lurus jauuuh, sampai lewat stasiun tube dan sampai central bus terminal. Sampai naik tangga keluar bandara, jalan di bawah fly over. Kok jauh sekali ya? Daaaan akhirnya sampai dan zong parah. Namnaya juga chapel ya buat ibadah orang Kristen. Walaupun ada tulisan all faiths welcome, tapi si pintu bangunan chapel tertutup, dan tidak tampak tanda-tanda bisa buat solat. Di luarnya pun hanya seperti taman berbentuk bulat dengan conblok dan kursi-kursi taman di pinggirnya.

Huft.

Jalan balik lagi jaauuuuuuh ke Terminal 3 arrival. Bingung. Oke, wudhu dulu saja. Oh ada petunjuk arah toilet. Oke, ke situ, dan ternyata toiletnya ada di luar bandara (ampun). Pipis, wudhu, trus balik lagi ke geng nunggu di area arrival Terminal 3. Bingung galau gajelas. Mata saya jelalatan mencari area yang kira-kira memungkinkan buat solat. Sekalian jalan-jalan deh ya ke area sebelah sana yang belum dicoba.

Ternyata oh ternyata.. Ada petunjuk "multi faith prayer room" ke lantai 1. Langsung deh ke sana, dan musolanya enak banget. Yowes, setelah solat, menarik napas sejenak, saya balik lagi ke geng nunggu, dan basa-basi kenalan sama beberapa orang. Ada yang dari Kora, Jepang, amerika selatan, dan Palestina! Ga ngeh sih doi soalnya cewe biasa bukan macem muslimah palestina hijaber.

Multi Faith prayer room di Heathrow Terminal 3
Setelah menunggu hingga pukul 7 pm waktu london, bus tiba dan kami semua naik. Untung tidak ada koper jadi lebih santai. Naik bus dan merem-melek alias niatnya mau melek menikmati pemandangan sekitar tapi mata berat dan hanya terbangun sesekali. Jam 9 pm kahirnya tiba di kampus, dan saya mencapai kamar sekitar 9.30 pm. Kasur ada, tapi bantal dan selimut tak ada. Huft. Akhirnya niat mau belanja, dan ketemu Tian teman baru se-flat yang baik banget dan menemani belanja bantal di Sainsbury dekat situ.

Akhirnya jam 10 an malam balik kamar, bongkar tas (untungnya ada beberapa baju yang ditaruh carrier, tapi semua handuknya di koper huhu), mandi, solat, lapor orang rumah udah sampe flat minus koper, saya tidur berselimutkan mukena dan jaket.

Ini ceritaku, mana ceritamu?

Comments

Popular Posts