Berkunjung ke KDU dan Masjid Kobe

Jarak antara Osaka dengan Kobe bagaikan Jakarta dengan Bogor. Tidak terlalu jauh. Akan tetapi, lagi-lagi jangan membayangkan harga tiket kereta dalam bentuk rupiah, karena dijamin bakal sakit hati.

Pada hari itu, diawali dengan berkunjung ke tempatnya pipit, di 神戸芸術工科大学 alias Kobe Design University yang sedang mengadakan festival dan juga open campus. Cukup ramai dengan warga sekitar, terutama anak-anak, orang tua, dan juga kakek nenek. Mahasiswanya juga beragam, mulai yang paling standar memakai kostum anak SMA, hingga memakai kostum tokusatsu yang pastinya cukup gerah. Semacam ITB fair, tapi isinya anak FSRD semua. Di sana juga diadakan beragam workshop. Saya dan Pipit mengikuti workshop timah dan workshop figure.

 Asiknya menggebuk timah dengan palu agar tercipta motif yang diinginkan.

Sudah jauh-jauh ke Kobe, tapi masih berhadapan dengan palu beserta kawan-kawannya.

Singkat cerita, dipandu oleh pipit, saya melakukan tur kecil ke bangkel-bengkel dan juga gedung-gedung berbagai departemen. Lagi-lagi, bengkelnya membuat iri setengah mati. Tanya pipit aja ya, kalau mau versi lebih lengkapnya.

Setelah cukup puas berkeliling, jajan di sana sini dengan kupan gratis, dan memboyong brosur dan komik gratis, saya dan pipit pergi ke Masjid Kobe. Masjid Kobe terletak tak jauh dari Stasiun Sannomiya. Masjid ini sangat terkenal sebagai masjid yang pertama kali berdiri di Jepang. Selain itu, masjid ini juga bertahan dari gempa besar yang pernah melanda Kobe pada tahun 1995. Ketika saya ke sana, masjid sedang dalam renovasi, akan tetapi tetap bisa digunakan seperti biasa. 

 menuju ruang sholat wanita

 yang ini untuk kaum pria

daftar absen, eh maksudnya daftar data pengunjung dan jamaah

Berkunjung ke Masjid Kobe juga secara tak langsung akan bertemu dengan sesama muslim lainnya. Kemarin saya hanya bertemu dengan orang-orang Indonesia dan Malaysia. Orang India juga sepertinya ada banyak, karena saya menemukan Quran dengan terjemahan bahasa India di ruang shalat wanita. Di masjid ini juga memiliki Quran dengan terjemahan bahasa Jepang. Kalau mau beli, siap-siap merogoh kocek seharga 3000 yen. Tidak terlalu mahal.

Di lingkungan sekitar masjid juga bertebaran toko dan restoran halal. Salah satu toko halal yang berada persis di depan masjid juga mempekerjakan orang dari Indonesia. Toko tersebut milik pasangan suami (Pakistan) dan istri (orang Jepang) beserta anaknya yang masih kecil. Tak jauh dari sana, ada pula toko bahan makanan impor yang menjual bahan makanan dari pelosok dunia, yang halal maupun yang tidak. Bahan makanan dari Indonesia seperti indomie, bumbu instan, santan, kecap, dapat dengan mudah ditemui di sini. Sebagai contoh, harga sebungkus indomie adalah 80 yen. Daging halal juga bervariasi, mulai dari daging ayam, daging sapi, hingga daing domba atau kambing.

Sekian dulu pengalaman saya berjalan-jalan ke masjid Kobe. Semoga lain kali saya bisa ke sana lagi.


Comments

Popular Posts